Beton
bertulang umumnya dapat diperbaiki kembali setelah mengalami kebakaran.
Prosedur yang umum dilakukan untuk mengukur tingkat kerusakan yang
terjadi pada elemen- elemen struktur beton bertulang. Artikel
perancangan konstruksi ini menguraikan tentang bagaimana kita harus
mengumpulkan data dari sebuah gedung pasca kebakaran, menentukan
klasifikasi kerusakan struktur, menentukan factor kerusakan dan
merencanakan perbaikan/ perkuatan struktur, serta bagaimana pengaruh
suatu kebakaran terhadap struktur beton bertulang.
Pengaruh kebakaran terhadap struktur beton
Warna beton dapat berubah akibat
pemanasan, karena itu warna dapat dipakai sebagai indikasi temperature
maksimum yang telah terjadi dan lama api ekuivalen. Pengaruh baja dari
kenaikan suhu dan pendinginan juga telah banyak diteliti. Untuk baja
giling panas, umumnya kekuatannya pulih pada saat setelah dingin
kembali. Apabila mengalami kenaikan suhu tidak melebihi 600° celcius.
Diatas suhu ini akan terjadi penurunan permanent dari kuat leleh baja.
Mengingat kedua hal tersebut ,
maka pengukuran suhu yang dicapai oleh elemen struktur beton pada saat
terjadinya kebakaran menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena kita
tidak bisa mengetahui secara langsung berapa suhu yang tercapai dan
berapa lama waktunya, maka kita berusaha mendapatkan perkiraan ini dari
berbagai pendekatan, seperti : pengamatan visual, pengujian setempat,
dan maupun uji coba beban.
Perubahan
warna pada beton. Warna beton setelah terjadi proses pendinginan
membantu dalam mengindikasikan temperature maksimum yang pernah dialami
beton dalam beberapa kasus, suhu diatas 300° C mengakibatkan perubahan
warna beton menjadi sedikit kemerahan. Hal ini terjadi karena adanya
senyawa garam besi dalam agregat atau pasir beton.
Uji baja tulangan
Beberapa
sampel besi beton dapat diambil dari elemen struktur yang ada. Dengan
catatan jangan sampai membahayakan strukturnya. Uji laboratorium untuk
kuat leleh, kuat tarik dan perpanjangannya dan bandingkan dengan standar
SII untuk besi pada kelas tersebut. Dari sii dapat disimpulkan
kemundiran yang telah terjadi pada besi beton. Sebaiknya pengujian
dilakukan pada berbagai kelas kerusakan.
Kondisi beton
Berbagai
pengujian dapat dilakukan pada beton untuk mengetahui kondisi beton
yang ada, seperti uji palu beton , pengambilan sampel secara mekanis dan
uji kuat tekannya, pulse-echo NDT, ultrasonic pulse velocity dengan
soniscope dan uji beban.
Faktor kerusakan
Berbagai
pengujian pengaruh kenaikan tempertur telah dilakukan terhadap komponen
beton bertulang. Baik terhadap betonnya sendiri maupun terhadap besi
betonnya. Tetapi semua pengujian ini didasarkan pada suatu api standar,
yaitu ISO834 standard fire ini dan menentukan analisis pendekatan antar
real fire terhadap standard fire ini dan menentukan lama api
ekuivalennya
Setelah mengetahui lama api
ekuivalen dan temperature maksimum, baru kita dapat menentukan factor
kerusakan beton dan baja tulangan. Untuk beton dalam keadaan tertekan,
biasnya factor kerusakan diambil 0,85 bila temperaturnya berkisar antara
300°c sampai 1000°c. Untuk baja tulangan pada kisaran temperatur ini ,
perlu ditinjau kemungkinan kehilangan lekatan dan penjangkaran. Biasanya
factor kerusakan diambil 0,7.
Kerusakan- Kerusakan pada Beton :
1. Spalling
Spalling adalah gejala melepasnya sebagian permukaan beton dalam bentuk lapisan tipis (beberapa cm).
2. Crazing
Crazing adalah gejala retak remuk pada permukaan beton. Kedua hal ini berkatian langsung dengan kenaikan temperature pada beton.
3. Retak (cracking)
Pada
temperatur tinggi, pemuaian besi beton akan lebih besar daripada
betonnya sendiri. Tetapi pada konstruksi beton, pemuaian akan tertahan
sampai suatu taraf tertentu karena adanya lekatan antara besi beton
dengan beton. Pada temperature yang lebih tinggi lagi hal ini dapat
menyebabkan terjadinya retak dan tentang lamanya kebakaran dari saksi
mata, besarnya ruangan, arah angina, letak dan besaran ventilasi,
semuanya harus dirangkum dan dianalisis. Tujuan akhit adalah
memperkirakan suhu maksimum yang terjadi dan lama kebakaran.
Perkuatan / perbaikan struktur
Yang dimaksud dengan perbaikan
disini adalah mengembalikan kekuatan suatu elemen struktur sehingga sama
dengan kekuatan awal. Sedangkan perkuatan adalah memperkuat suatu
elemen struktur sehingga dapat memenuhi syarat terhadap gaya- gaya dalam
akibat pembebanan tertentu.
Selanjutnya perlu dibuat perencanaan perkuatan struktur yang mencakup langkah- langkah sebagai berikut :
1. Studi teknik perbaikan dan pengenalan akan bahan- bahan perbaikan yang akan digunakan.
2. Perancangan elemen- elemen struktur yang akan diperkuat dan pembuatan gambar- gambar detail disertai urutan pekerjaannya.
3. Penulisan spesifikasi.
Selain mengembalikan kekuatan struktur, perlu diperhatikan pula bahwa sifat ketahanan struktur kebakaran harus dipulihkan juga.
Teknik perbaikan
Secara
garis besar, metode perbaikan dapat dikelompokkan menurut bahan yang
digunakan, yaitu resin, polymer, cement mortar, plesteran, mineral yang
diaplikasi dengan cara penyemprotan dan proses beton semprot (sprayed
concrete).
1. Perbaikan dengan resin
Perbaikan
dengan bahan resin mencakup berbagai konfigurasi tambalan dan isian,
dengan bahan epoxy resin, polyester resin dan mortar acrylic. Resin
dapat mengisi celah- celah retak dan berfungsi untuk menyatukan kembali
beton yang sudah retak. Resin juga dapat digunakan pada daerah- daerah
yang mengalami spalling setempat. Namun perlu diperhatikan bahwa
material resin pada suhu sekitar 80°c mulai melemah, sehingga perbaikan
dengan resin tidak dapat memberikan perlindungan terhadap api. Dalam hal
ini perencana harus sangat teliti mempelajari brosur produk yang akan
dipakai dan mengetahui batasan bahan- bahan itu.
2. Plesteran
Berupa adukan semen yang dicampur dengan pasir. Plesteran dapat digunakan untuk menambah bagian- bagian yang rusak. Ketahanan kebakaran dapat dikembalikan sampai suatu taraf tertentu, namun perlindungan terhadap korosi tulangan tidak dapat diharapkan.
3. Sprayed Mineral
Bahan
- bahan jenis ini umumnya dijual di pasaran dengan merek dagang
tertentu. Material ini dapat disemprotkan ke permukaan elemen struktur
yang ingin dilindungi terhadap kebakaran. Perlu dicatat material ini
tidak dapat dipakai untuk keperluan struktural.
4. Polymer Modified Mortar
Bahan
ini umumnya dipakai sebagai bahan tambahan untuk menutup bagian kecil
yang dikerjakan secara manual, dengan ketebalan sampai 30 mm. Bahan yang
sering dipakai adalah SBR (styrene butadiene rubber). Dalam hal ini
perlu dipelajari sifat ketahanan api dari bahan tersebut.
5. Semen
Adukan
dengan bahan dasar semen ini dapat diaplikasikan secara manual ke
bagian- bagian yang mengalami kerusakan. Beberapa factor yang perlu
diperhatikan adalah lekatan bahan dengan beton lama dan ketebalan
plesteran. Untuk memperoleh lekatan yang baik, permukaan beton lama
harus dibersihkan dan diperkasar dan diberi bonding agent yang
kompatibel.
Reaksi semen dengan air secara
kimia adalah proses eksoterm yang menghasilkan panas, Panas ini dapat
menimbulkan retak- retak. Karena itu ketebalan plesteran harus dibatasi
30 mm. Perbaikan jenis ini dapat mengembalikan sifat ketahanan kebakaran
struktur. Untuk perbaikan structural umumnya digunakan campuran antara
semen dengan epoxy yang lazim disebut epoxy mortar. Untuk ketebalan yang
lebih besar, bahan ini perlu dicampur dengan agregat. Agar panas yang
terjadi dapat berkurang.
6. Beton tembak (shotcrete)
Shotcrete
merupakan suatu proses pekerjaan dengan menyemprotkan mortar atau beton
dengan suatu alat yang bertekanan. Shotcrete memberikan beberapa
keuntungan antara lain :
a. Rongga – rongga pada permukaan akan terisi bahkan pada permukaan yang tidak beraturan.
b. Pengikatan yang baik antara bahan yang dipakai dan permukaan yang dikerjakan.
c. Menekan biaya pemasangan bekisting.
d. Variasi ketebalan beton dapat diatur dengan mudah.
Teknik
pelaksanaan shotcrete dibedakan menjadi wet mix dan dry mix dan
keduanya mempunyai persyaratan tertentu baik dalam hal pelaksanaan,
bahan maupun alat yang digunakan. Teknik dengan mix seringkali pula
disebut dengan istilah gunite. Kelamahan shotcrete adalah bahwa metode
ini dapat menambah bobot struktur, memerukan peralatan yang relative
mahal dan memerlukan tenaga operator yang terlatih dan berpengalaman.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar