Home » » Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Penakluk Nalar

Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Penakluk Nalar


Maqam Nabi Ibrahim As
Dalam Islam, tokoh terpenting setelah Nabi Muhammad SAW adalah Nabi Ibrahim AS. Indikasi pentingnya Nabi Ibrahim AS adalah:
  • Hanya Ibrahim AS yang namanya wajib disebut dalam bacaan tahiyat akhir setiap sholat disamping Nabi Muhammad SAW. Tanpa mendo’akan dia, tidak sah sholat kita.
  • Hanya Ibrahim AS yang episode hidupnya dirayakan sebagai hari raya. Idul Adha dan ibadah kurban adalah mengenang saat Ibrahim AS  menyembelih Ismail.
  • Hanya Ibrahim AS yang episode hidupnya dirayakan dalam salah satu rukun Islam, yaitu ibadah Haji. Sa’i adalah mengenang Hajar yang berlari mengejar fatamorgana air setelah ditinggal Ibrahim ditengah gurun. Lempar jumrah adalah mengenang Ibrahim yang melempar iblis saat mencegahnya menyembelih Ismail.
  • Ka’bah yang merupakan arah ibadah umat Islam adalah bangunan yang didirikan oleh Ibrahim dan anaknya.
Apa yang bisa dan harus dicontoh dari Ibrahim sehingga Allah memberikan penghormatan sedemikian besar?
Jika SBY dapat gelar “Knight Grand Cross of the Order of Bath”, maka Ibrahim cocok sebagai “Grand Knight of Faith” – Ksatria Iman. Ibrahim adalah pembela sejati iman, baginya iman adalah diatas segalanya.
Apa saja yang telah dilakukan Ibrahim dalam membuktikan dirinya sebagai Ksatria Iman?
Berikut ini daftar yang bisa kita susun:
  • Iman lebih penting dari orang tua dan masyarakat.
    Ibrahim berani menentang bapaknya dan masyarakat dimana ia hidup, saat ia menemukan bahwa agama dan sembahan bapaknya serta masyarakatnya tidak lagi sesuai dengan Tuhan yang baru ia temukan. Ia merusak patung para dewa dan berani menentang bapak dan norma masyarakatnya – apapun resikonya. Ia tidak takut kehilangan nyawanya.
  • Iman lebih penting dari anak, istri, pertimbangan kemanusiaan dan akal sehat.
    Saat Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi ditengah gurun, ia melaksanakannya. Meninggalkan ibu dengan bayinya ditengah gurun tanpa bekal dan naungan adalah sama dengan membunuhnya, perintah itu sama dengan “bunuh anak dan istrimu!”. Ia melaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Iman lebih penting dari akal sehat, kemanusiaan, kasih sayang kepada istri dan anak.
  • Penegasan Iman lebih penting dari anak, pertimbangan kemanusiaan dan akal sehat.
    Saat Ibrahim mendapatkan mimpi untuk menyembelih anaknya, ia melaksanakannya. Perintah menyembelih anak jauh lebih jelas tujuannya daripada meninggalkannya di gurun. Mimpi itu adalah versi vulgar dari perintah “bunuh anakmu!”. Ia melaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Iman lebih penting dari akal sehat, kemanusiaan, kasih sayang kepada istri dan anak.
  • Bila menyangkut iman, tidak perlu ada verifikasi.
    Perintah menyembelih Ismail datang melalui mimpi. Itu adalah sumber yang sangat tidak bisa diandalkan kebenarannya, mimpi adalah bunga tidur yang seringkali tanpa arti, sejajar dengan lamunan kosong dan halusinasi. Sumber kosong itu langsung dipercaya Ibrahim karena dianggap berasal dari Allah sebagai pusat keimanannya.
  • Jika mengenai iman, sah untuk mengabaikan logika dan menggunakan kekerasan untuk mempertahankannya. Argumen logis adalah tipu daya. 
    Ketika iblis mencegat Ibrahim saat mendaki bukit untuk menyembelih anaknya, Iblis sama sekali tidak mengajak berbuat jahat, yang dilakukan Iblis adalah mengingatkan akan prosedur logis orang yang berakal, yaitu mengingatkan akan:
    • Verifikasi perintah.
      Apakah Ibrahim sudah melakukan verifikasi kepada Allah bahwa benar Allah memerintahkan menyembelih Ismail seperti dalam mimpinya?
    • Kebenaran perintah.
      Jika Allah Maha Pengasih apa benar ia memerintahkan tindakan yang sama sekali tidak mewakili sifat Maha Pengasih tersebut?
    • Akal sehat, kemanusiaan dan kasih sayang bapak kepada anak, sesuatu yang membuat kita bernilai sebagai manusia.
      Jika perintah iman bertentangan dengan hal yang membuat kita bernilai sebagai manusia, apakah iman tersebut wajar dan patut dituruti?
    Apa yang dilakukan Ibrahim? Ia tidak memberi argumen logis atau melayani perdebatan logika. Ia melempari iblis dengan batu. Ia memakai kekerasan dan bukan akal untuk menghadapi pertanyaan yang sepenuhnya logis tersebut.
Itulah yang bisa kita tarik dari heroisme Ibrahim sebagai Ksatria Iman …
Jadi apa pendapat para agan?
Artikel terkait :
  • http://iwanblog.wordpress.com/2011/01/28/silsilah-keturunan-nabi-ibrahim-abraham/

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive