Home » » anak" indonesia potret generasi yang hilang

anak" indonesia potret generasi yang hilang

Hari ini Indonesia boleh tersenyum. Pasalnya, di tengah desingan ledakan gas elpiji yang mengancam, ribuan anak jalanan yang hidup terlunta-lunta, ribuan anak-anak yang menjadi korban kekerasan, atau ratusan anak-anak yang tersekap dalam ketakutan, ada jutaan anak-anak yang tengah merayakan hari “kebesaran”-nya. Ya, ya, ya, 23 Juli ini, anak-anak Indonesia sedang berupaya menarik perhatian dan simpati dunia melalui momen “Hari Anak Nasional”. Harapan kita, perayaan semacam itu tak semata hanya sekadar slogan, tetapi lebih dari itu, perlu dijadikan sebagai “starting point” untuk bersikap serius menyelamatkan mereka dari ancaman kekerasan sekaligus mengantarkan hidup mereka pada masa depan yang lebih cerah, beradab, dan berbudaya.
kekerasan terhadap anakkekerasan terhadap anak
Kalau kita sejenak melakukan kilas balik, sudah terlalu banyak anak-anak yang harus hidup dalam suasana penuh ancaman dan ketakutan. Bahkan, jumlah mereka yang menjadi korban kekerasan terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama tahun 2009, misalnya, data World Vision Indonesia menunjukkan angka 1.891 kasus. Setahun sebelumnya, ada sekitar 1.600 kasus kekerasan yang melukai kehidupan anak-anak. Beberapa surat kabar nasional selama tahun 2009 juga menemukan data sekitar 670 kekerasan yang menimpa anak-anak. Sementara, tahun 2008 sebanyak 555 kasus. Pengaduan ke KPAI selama tahun 2008 ada 580 kasus dan tahun 2009 ada 595 kasus. Data Bareskrim Polri selama tahun 2009 juga menunjukkan angka kekerasan yang menimpa anak-anak sekitar 621.
Kasus-kasus kekerasan pada anak yang sempat terdata, bisa jadi hanya sebuah fenomena gunung es. Di balik kasus memperihatinkan itu, masih banyak kasus kekerasan yang tak terungkap karena faktor internal keluarga yang tak ingin kasusnya mencuat ke permukaan. Kalau dugaan ini benar, alangkah tidak nyamannya jadi anak-anak yang hidup dan dibesarkan di sebuah negeri yang konon menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan itu. Apa pun alasannya, kekerasan terhadap anak mustahil bisa ditolerir. Anak-anak adalah pewaris sah negeri ini yang akan menentukan laju peradaban di tengah tantangan zaman yang makin bopeng dan carut-marut. Kalau masa depan mereka tercederai akibat pola asuh yang salah urus, atmosfer kekerasan yang terus meneror, atau sikap lingkungan yang sama sekali tidak berpihak kepada masa depan mereka, bukan mustahil kelak mereka benar-benar akan menjadi generasi yang hilang.
“Bila seorang anak hidup dengan kritik, ia akan belajar menghukum. Bila seorang anak hidup dengan permusuhan, ia akan belajar kekerasan. Bila seorang anak hidup dengan olokan, ia belajar menjadi malu. Bila seorang anak hidup dengan rasa malu, ia belajar merasa bersalah. Bila seorang anak hidup dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Bila seorang anak hidup dengan keadilan, ia belajar menjalankan keadilan. Bila seorang anak hidup dengan ketenteraman, ia belajar tentang iman. Bila seorang anak hidup dengan dukungan, ia belajar menyukai dirinya sendiri. Bila seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia belajar untuk mencintai dunia!” Begitulah “warning” yang pernah diungkapkan oleh Dorothy Law Nolte, betapa pentingnya menyelamatkan dan mengawal masa depan anak-anak agar sanggup menjadi pewaris bangsa yang tangguh dan berkarakter.
sayang terhadap anak
Pada momen Hari Anak Nasional tahun ini, mari kita gandeng tangan anak-anak dengan kemesraan yang sempurna, kita tatap wajah polos dan lugu mereka dengan senyuman, kita sentuh tubuh mereka dengan kelembutan kasih sayang, untuk selanjutnya kita kawal masa depan mereka melalui pola asuh yang bisa membuat mereka terbebas dari rasa takut. Jangan sampai Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak hanya sekadar menjadi ayat-ayat hafalan di luar kepala, tetapi pada kenyataannya nafsu membunuh masa depan anak-anak justru makin liar dan tak terkendali.


Sumber: Anak-anak Indonesia, Potret Generasi yang Hilang » Catatan Sawali Tuhusetya http://sawali.info/2010/07/23/anak-anak-indonesia-potret-generasi/#ixzz18uY72d5b
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive